Apakah shalat dan dzikir harus dilakukan dengan bersuara atau dalam hati?
Miscellanea / / August 30, 2023
Umat Islam bersikap moderat dalam setiap momen kehidupan mereka. Meski mereka berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melampaui batas dalam kehidupan sosialnya, mereka tidak lupa untuk menghormati lingkungan dalam beribadah. Ekstremisme tidak ditoleransi dalam agama kami. Di antara kunci kedamaian batin, dzikir dan doa merupakan doa yang banyak sekali keutamaannya. Hz. Muhammad (SAV) menyarankan untuk menjaga moderasi.
Umat Islam mempunyai dua sumber daya berharga yang dapat mereka jadikan acuan untuk membimbing kehidupan mereka di akhirat. Al-Qur'an adalah kalam Allah (c.c) dan Nabi kita, yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta. Hadits Muhammad (SAV) menunjukkan cara hidup terbaik. Hz. Muhammad (SAW) tetaplah di jalan tengah, berusahalah menyempurnakan amal dan mendekatkan diri kepada Allah (Bukhari) berkata. Lantas, adakah batasan dalam ibadah yang mendekatkan kita kepada Allah? Jalan apa yang harus diikuti ketika mengingat Allah (swt)? Nabi yang berpesan untuk menjauhi ekstremisme dalam setiap tindakan dan diutus sebagai rahmat bagi alam semesta. Muhammad (SAW)
BERITA TERKAITKata-kata doa terindah! Bagaimana cara berdoa? Contoh doa bagi yang belum tahu cara berdoa
BISAKAH ANDA MELAKUKAN SUARA TINGGI?
nyanyian
Doa, yang merupakan istilah tasawuf, adalah salah satu cara paling elegan untuk menyampaikan keinginan kepada Allah (c.c). Dzikir, sebaliknya, adalah salah satu cara untuk memperingati Tuhan (c.c) yang menciptakan alam semesta. Katakanlah: “Mengapa Tuhanku harus menghargai kamu jika kamu tidak mempunyai ibadah (doa)?” Wahai orang-orang yang mengingkari! Siksaan itu tidak akan meninggalkanmu karena kamu telah mengingkari. (Surat Furkan/77. Ayat) Ada batasnya dalam berdzikir, yang disebut juga hakikat ibadah, dan dzikir, yaitu mengingat Allah (c.c). Saat melakukan ibadah dengan rasa kagum, hendaknya masyarakat memperhatikan kerasnya suaranya karena Nabi kita (S.A.W.) Menjaga jalan tengah dalam segala hal adalah bagian kedua puluh lima dari nubuatan. (Tirmidzi) memerintahkan.